Tantangan Dosen Masa Kini dalam Menjaga Nilai Kebangsaan dan Pancasila

Kemajuan teknologi telah membawa berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat masa kini. Selain menjadi wadah penyebaran informasi yang tanpa batas dan ruang, dunia maya pun jadi tempat aktualisasi diri sekaligus tempat bersosialisasi bagi masyarakat, termasuk generasi muda.

Hal ini pada akhirnya membentuk pola pikir dan gaya hidup baru yang sulit dipisahkan dari kehidupan generasi saat ini. Dunia digital mempertemukan individu dengan berbagai latar belakang serta nilai dan budaya yang beragam. Secara langsung berdampak pada menurunnya wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.

Kondisinya kian diperburuk dengan munculnya berbagai konten negatif yang berpotensi mempengaruhi perilaku serta cara pandang generasi muda terhadap nilai-nilai kebangsaan

Dampak dari kemajuan teknologi ini menjadi tantangan bagi para pengajar, khususnya bagi dosen. Gaya interaksi, komunikasi, dan kebiasaan sehari-hari yang sebelumnya dipengaruhi oleh batasan tempat juga waktu kini mengalami pergeseran.

Sebagai pengajar dan bagian dari institusi pendidikan, dosen memiliki peran penting dalam mencapai cita-cita dan tujuan NKRI, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk mencapai cita-cita tersebut, seorang dosen harus mampu mengaplikasikan nilai-nilai kebangsaan yang tertuang dalam empat konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dosen tidak hanya bertindak sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada generasi penerus bangsa.

Melalui peran pengajar, dosen diharapkan dapat menjadi teladan untuk membentuk generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi dan memegang teguh nilai kebangsaan dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi.

Melalui pendidikan dan pengajaran, seorang dosen dapat memulai dengan cara-cara sederhana, baik melalui interaksi di dalam kelas maupun metode pengajaran. Salah satu contoh interaksi yang dapat dilakukan adalah dengan tidak mendiskriminasikan mahasiswa berdasarkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

Selain itu, dalam kegiatan perkuliahan, dosen tidak hanya membahas materi utama perkuliahan, tetapi juga dapat menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui diskusi singkat mengenai isu-isu kebangsaan yang sedang hangat, serta bagaimana sebaiknya mahasiswa bersikap di dunia digital.

Dengan demikian, peran dosen sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada penyampaian materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang membimbing mahasiswa untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai kebangsaan dalam keseharian mereka.

Melalui penelitian, seorang dosen dapat berinisiatif untuk melakukan kolaborasi riset dengan dosen lain, baik dalam bidang yang sama maupun lintas bidang, serta dengan mahasiswa. ”Less competition, More collaboration!” dapat menjadi semangat baru dalam pelaksanaan penelitian.

Melalui kolaborasi, akan terbentuk sikap saling bergotong royong, penghargaan terhadap perbedaan pendapat, pengembangan toleransi, pemeliharaan kesatuan, dan penghindaran sikap individualistis.

Selain itu, melalui budaya penelitian yang baik, Dosen dapat memberikan contoh dan mengajarkan kepada mahasiswa bagaimana mencari informasi dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan serta menuliskan hasil penelitian berdasarkan fakta atau data yang aktual dan dapat dipercaya.

Dengan cara ini, mahasiswa dapat belajar secara langsung untuk memilah informasi yang diperoleh dari dunia digital dan terhindar dari hoaks.

Melalui pengabdian kepada masyarakat, dosen dapat berkontribusi untuk ikut andil dalam penyelesaian masalah yang ada di masyarakat dengan melibatkan mahasiswa, sehingga mereka dapat belajar melihat permasalahan sosial. Sehingga mahasiswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi serta rasa cinta terhadap bangsa dan negara.

Dengan demikian, nilai-nilai kebangsaan yang diinterpretasikan melalui metode pengajaran dan interaksi selama perkuliahan diharapkan dapat menjadi kebiasaan positif yang terbentuk secara tidak langsung selama mahasiswa menimba ilmu di universitas.

Ketika mahasiswa lulus, nilai-nilai tersebut akan melekat sebagai bagian dari jati diri mereka saat terjun ke masyarakat dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan tinggi.

Akhirnya, keberhasilan pendidikan kebangsaan ini tidak hanya terletak pada metode yang diterapkan, tetapi juga pada komitmen dosen untuk terus mendampingi mahasiswa dalam proses pembentukan karakter dan identitas kebangsaan yang kokoh. Melalui peran aktif dan konsistensi dosen, generasi muda diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mampu menjaga keutuhan bangsa dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi.

Dr. Alvina Kusumadewi Kuncoro, S.Si, M.Si,, Pemerhati Pendidikan

FOKAL

Writer & Blogger

Explore Topics

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2024 Gogoho Indonesia | Powered by Gogoho Indonesia