Mie Tarempa dari Riuhnya Kepulauan Riau

Bisa jadi tidak banyak warga Indonesia yang kenal apa ciri yang menonjol di Kepulauan Riau (Kepri), termasuk soal kulinernya.

Bagi sebagian besar orang, Kepri mungkin sekedar provinsi tempat Pulau Batam dan Bintan berada. Sentra industri, wisata dan gerbang paling dekat dengan negeri tetangga kita, Singapura. Kulinernya pun sering dikaitkan dengan ragam kuliner perkotaan yang menyajikan banyak masakan Nusantara modern serta masakan luar.

Padahal, Kepri adalah titik persemaian ragam budaya yang membentuk Indonesia. Sesuai namanya yang berarti riuh dan ramai, disini sejak dulu semarak kosmopolitan niaga menyatu padu dengan keseharian masyarakat pantai.

Cukup banyak tempat di provinsi yang 96% wilayahnya berupa laut ini, punya sejarah jadi pusat interaksi antar bangsa dan kaum yang memungkinkan pembauran budaya.

Ambil contoh terkait perkembangan Bahasa Indonesia, misalnya. Sebagaimana diketahui, bahasa persatuan kita ini berasal dari dialek Melayu di Pulau Penyengat, Kabutapten Lingga, Kepri.

Hal serupa juga terkait aksara, ajaran kegamaan, busana, musik, gaya pergaulan serta tak lupa kulinernya.

Tarempa, adalah contoh sentra lainnya. Sebagai salah satu pelabuhan yang paling ramai sejak zaman kedatuan Melayu yang bercorak Buddha, wilayah di Kabupaten Anambas ini juga punya banyak jejak menampung interaksi antar bangsa.

Kuliner kondang Mie Tarempa sedikit banyak bisa memperlihatkan hal tersebut. Dengan melihat mie ini tersaji di piring saja, kita langsung bisa melihat pengaruh boga Tiongkok, India, TimurTengah, serta ciri masyarakat nelayan Melayu di dalamnya. Mie Tarempa seolah paduan dari banyak versi mie.

Sekilas tampilan Mie Tarempa mungkin mirip Mie Aceh. Mie yang berwarna agak coklat dicampur racikan bumbu kemerahan.

Namun rasanya ternyata jauh berbeda. Bumbu Mie Tarempa tidak terlampau pedas, rasa asam manis lebih kental ketimbang pedasnya. Meski berlemak, rasanya terbilang ringan.

Tekstur mie pun lebih kenyal, karena umumnya dibuat secara manual. Biasanya bentuk mie agak gepeng namun tak selebar kwetiau.

Hal yang juga cukup membedakan adalah toppingnya berupa boga bahari. Yang paling sering dipakai adalah suiran ikan tongkol dengan sesekali tambahan udang dan cumi. Meski di versi modernnya kini ditambah daging ayam atau sapi.

Versi paling tua dari Mie Tarempa disajikan kering. Namun, sekarang kita juga menemuinya dalam versi yang berkuah sedikit atau berkuah banyak.

Meski berasal dari kelurahan Tarempa, mie ini telah jadi ciri kuliner Kepri. Banyak warung di provinsi ini, terutama di Kota Batam atau Tanjung Pinang yang menjajakannya. **RS

FOKAL

Writer & Blogger

Explore Topics

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2024 Gogoho Indonesia | Powered by Gogoho Indonesia